Sudah lama aku memperhatikan dan
mengaguminya. Usianya yang sudah tua, bahkan kulit wajahnya terlihat sudah
keriput. Setiap pagi, dia mengayuh sepeda tua miliknya untuk pergi ke sekolah
untuk bekerja yang mungkin tidak lama lagi umurnya. Sungguh terbuat dari apa
ringkih tubuhnya itu? Tidak ada sedikitpun rasa lelah yang sangat ia rasakan.
Bagaimana tidak? Jarak rumahnya ke sekolah saja hamper 5 km. Sangat jauh
melihat usianya yang hamper bau tanah. Terkadang aku juga bingung, kok bisa
orang setua dia tidak merasa lelah sedikitpun. Aku saja yang jarak rumahku
dengan sekolah hanya 3 km saja merasa lelah, apalagi dia? Mungkin karena
semangatnya yang cukup besar untuk pergi ke sekolah.
Dialah
guruku. Pak Anwar namanya. Terbiasa kami menjulukinya sebagai Pak Tua. Menurut
kabar yang aku dengar, pak Anwar sudah lama, bahkan bertahun-tahun mengajar di
SMP terpencil tempat aku bersekolah saat ini. Jalan yang dia lewati tidaklah
mudah. Tetapi dengan penuh kesabaran, dia tetap beristiqomah mengajar
murid-muridnya termasuk aku. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, selama
bertahun-tahun mengajar, status yang ia sandang bukanlah pegawai negeri. Tetapi
hanyalah sebagai guru bantu yang tidak seberapa upah yang ia dapatkan. Yang ada
di otaknya adalah menyalurkan ilmu-ilmu yang ia punya dan membawa siswanya
menuju kesuksesan. Mungkin hanya Pak Anwar saja satu-satunya guru bantu yang
usianya hampir 60 tahun.
Sangat
sering dia mendapat ejekan dari teman-temanku yang jail. Bahkan nasihat-nasihat
yang diberikan oleh pak Anwar, seringkali diabaikan oleh teman-temanku. Tetapi
pak Anwar tetap bersabar. Dengan lembut pak Anwar berkata “Tidak apa-apa, Nak,
kelak jika kalian sudah dewasa, kalian akan mengerti semua ucapan Bapak.”
Aku
semakin kagum dengan ucapan pak Anwar tersebut. Aku rasa dia memang pantas
dijuluki sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Terkadang aku juga berpikir tentang
pak Anwar. Kok bisa orang seperti pak Anwar dapat mengajar murid-muridnya
dengan semangat dan penuh kesabaran. Padahal teman-teman mengabaikannya dan
terkadang malah menjailinya. Andai saja teman-teman berpikir sama denganku…
Pada
suatu hari, tidak lagi aku jumpai sosok tua dengan kendaraan kunonya. Hatiku
bertanya-tanya. Kemanakah dia? Hingga pelajaran selesai masih belum kujumpai
sosoknya. Tiba-tiba aku merindukannya. Rindu dengan nasihatnya, rindu dengan
gurauannya, dan rindu dengan dengus nafasnya yang tidak beraturan. Karena
penasaran, aku bertanya kepada kepala sekolah.
“Assalamu’alaikum,
Pak, dari pagi pak Anwar tidak kelihatan. Kemanakah beliau?” tanyaku.
“Wa’alaikumsalam,
Oh.. Pak Anwar sakit, tadi pak Anwar sudah izin sama Bapak!”
“Sakit?”
aku mengulang perkataan bapak kepala sekolah.
“Iya,
Oh iya Luqman, baru saja bapak menerima surat dari dinas. Isinya sekolah kita
harus mengirim peserta lomba cerdas cermat dengan materi umum. Bapak menunjuk
kamu, Hamdan, dan Rohmad yang mewakili sekolah kita.”. Aku mengangguk, padahal
hatiku fokus pada kekhawatiranku terhadap pak Anwar.
“Baik
Pak.” jawabku.
Kekhawatiranku masih saja ada.
Akhirnya aku mengajak teman-teman untuk menjenguk pak Anwar.
Sampai
di rumah pak Anwar, ternyata kondisi pak Anwar sangat lemah. Padahal dia harus
membimbing siswanya yang mengikuti lomba cerdas cermat termasuk aku. Akhirnya
aku, Hamdan, dan Rohmad belajar di rumah pak Anwar. Semua teman-temanku pulang.
Tinggal aku, Hamdan, dan Rohmad yang masih ada di rumah pak Anwar. Dengan
sabar, pak Anwar mengajari kita walaupun sedang sakit. Tidak lama kemudian,
kita selesai, dan pulang ke rumah masing-masing.
Dua
hari kemudian, lombapun dimulai. Sebelum pergi ke lokasi lomba, aku pergi ke
rumah pak Anwar sebentar untuk meminta doa agar menang. Pak Anwar berkata “Luqman,
Hamdan, Rohmad, kalian harus yakin dengan kalian, tidak ada kata ragu, percaya
diri dan jangan berpikiran kalah dulu. Kalah juga tidak apa-apa. Gagal dalam
bertanding itu suatu langkah awal keberhasilah. Maaf saat ini bapak tidak bisa
mendampingi kalian, bapak akan mendoakan dari rumah saja. Semangat ya, kalian
pasti juara.” perkataan itu yang membuat kami terharu.
Tidak
sia-sia usaha kami dalam belajar. Semua soal yang telah diajarkan pak Anwar
telah kami taklukkan dengan mudah. Dan kami berhasil membawa pulang
keberhasilan itu. Semua berkat izin Tuhan dan semangat guru pembibing kami.
Rasanya tidak sabar menyampaikan berita gembira ini pada pak Anwar.
“Pak
Anwar, lihatlah, kami berhasil memenangkan perlombaan itu!” kataku sesampai di
rumahnya. Kulihat pak Anwar tersenyum. Bibirnya bergetar seperti ingin
menyampaikan sesuatu. Sesaat kemudian senyum itu semakin mengembang dan mata
satunya terpejam. Tiba-tiba suasana menjadi hening. Hingga isak tangisku yang
terdengar keras. Tuhan telah menyayangiku guru idolaku itu daripada kami.
“Pak
Anwar, inilah persembahan terakhir yang bisa kami berikan padamu.” ucapku lirih
sambil kupeluk tubuh yang mulai dingin itu.
- SELESAI -
BTV168 - MGM's casino - KLHUB
BalasHapusMGM's casino We will bring you 포천 출장샵 the 광양 출장안마 best and 스포츠 토토 사이트 newest casino games, slots and live entertainment. Visit our casino to enjoy slots and live 충청남도 출장마사지 table 진주 출장샵 games