Sabtu, Januari 30, 2016

Persembahan Terindah Untuk Guruku



          Sudah lama aku memperhatikan dan mengaguminya. Usianya yang sudah tua, bahkan kulit wajahnya terlihat sudah keriput. Setiap pagi, dia mengayuh sepeda tua miliknya untuk pergi ke sekolah untuk bekerja yang mungkin tidak lama lagi umurnya. Sungguh terbuat dari apa ringkih tubuhnya itu? Tidak ada sedikitpun rasa lelah yang sangat ia rasakan. Bagaimana tidak? Jarak rumahnya ke sekolah saja hamper 5 km. Sangat jauh melihat usianya yang hamper bau tanah. Terkadang aku juga bingung, kok bisa orang setua dia tidak merasa lelah sedikitpun. Aku saja yang jarak rumahku dengan sekolah hanya 3 km saja merasa lelah, apalagi dia? Mungkin karena semangatnya yang cukup besar untuk pergi ke sekolah.
            Dialah guruku. Pak Anwar namanya. Terbiasa kami menjulukinya sebagai Pak Tua. Menurut kabar yang aku dengar, pak Anwar sudah lama, bahkan bertahun-tahun mengajar di SMP terpencil tempat aku bersekolah saat ini. Jalan yang dia lewati tidaklah mudah. Tetapi dengan penuh kesabaran, dia tetap beristiqomah mengajar murid-muridnya termasuk aku. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, selama bertahun-tahun mengajar, status yang ia sandang bukanlah pegawai negeri. Tetapi hanyalah sebagai guru bantu yang tidak seberapa upah yang ia dapatkan. Yang ada di otaknya adalah menyalurkan ilmu-ilmu yang ia punya dan membawa siswanya menuju kesuksesan. Mungkin hanya Pak Anwar saja satu-satunya guru bantu yang usianya hampir 60 tahun.
            Sangat sering dia mendapat ejekan dari teman-temanku yang jail. Bahkan nasihat-nasihat yang diberikan oleh pak Anwar, seringkali diabaikan oleh teman-temanku. Tetapi pak Anwar tetap bersabar. Dengan lembut pak Anwar berkata “Tidak apa-apa, Nak, kelak jika kalian sudah dewasa, kalian akan mengerti semua ucapan Bapak.”
            Aku semakin kagum dengan ucapan pak Anwar tersebut. Aku rasa dia memang pantas dijuluki sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Terkadang aku juga berpikir tentang pak Anwar. Kok bisa orang seperti pak Anwar dapat mengajar murid-muridnya dengan semangat dan penuh kesabaran. Padahal teman-teman mengabaikannya dan terkadang malah menjailinya. Andai saja teman-teman berpikir sama denganku…
            Pada suatu hari, tidak lagi aku jumpai sosok tua dengan kendaraan kunonya. Hatiku bertanya-tanya. Kemanakah dia? Hingga pelajaran selesai masih belum kujumpai sosoknya. Tiba-tiba aku merindukannya. Rindu dengan nasihatnya, rindu dengan gurauannya, dan rindu dengan dengus nafasnya yang tidak beraturan. Karena penasaran, aku bertanya kepada kepala sekolah.
            “Assalamu’alaikum, Pak, dari pagi pak Anwar tidak kelihatan. Kemanakah beliau?” tanyaku.
            “Wa’alaikumsalam, Oh.. Pak Anwar sakit, tadi pak Anwar sudah izin sama Bapak!”
            “Sakit?” aku mengulang perkataan bapak kepala sekolah.
            “Iya, Oh iya Luqman, baru saja bapak menerima surat dari dinas. Isinya sekolah kita harus mengirim peserta lomba cerdas cermat dengan materi umum. Bapak menunjuk kamu, Hamdan, dan Rohmad yang mewakili sekolah kita.”. Aku mengangguk, padahal hatiku fokus pada kekhawatiranku terhadap pak Anwar.
            “Baik Pak.” jawabku.
Kekhawatiranku masih saja ada. Akhirnya aku mengajak teman-teman untuk menjenguk pak Anwar.
            Sampai di rumah pak Anwar, ternyata kondisi pak Anwar sangat lemah. Padahal dia harus membimbing siswanya yang mengikuti lomba cerdas cermat termasuk aku. Akhirnya aku, Hamdan, dan Rohmad belajar di rumah pak Anwar. Semua teman-temanku pulang. Tinggal aku, Hamdan, dan Rohmad yang masih ada di rumah pak Anwar. Dengan sabar, pak Anwar mengajari kita walaupun sedang sakit. Tidak lama kemudian, kita selesai, dan pulang ke rumah masing-masing.
            Dua hari kemudian, lombapun dimulai. Sebelum pergi ke lokasi lomba, aku pergi ke rumah pak Anwar sebentar untuk meminta doa agar menang. Pak Anwar berkata “Luqman, Hamdan, Rohmad, kalian harus yakin dengan kalian, tidak ada kata ragu, percaya diri dan jangan berpikiran kalah dulu. Kalah juga tidak apa-apa. Gagal dalam bertanding itu suatu langkah awal keberhasilah. Maaf saat ini bapak tidak bisa mendampingi kalian, bapak akan mendoakan dari rumah saja. Semangat ya, kalian pasti juara.” perkataan itu yang membuat kami terharu.
            Tidak sia-sia usaha kami dalam belajar. Semua soal yang telah diajarkan pak Anwar telah kami taklukkan dengan mudah. Dan kami berhasil membawa pulang keberhasilan itu. Semua berkat izin Tuhan dan semangat guru pembibing kami. Rasanya tidak sabar menyampaikan berita gembira ini pada pak Anwar.
            “Pak Anwar, lihatlah, kami berhasil memenangkan perlombaan itu!” kataku sesampai di rumahnya. Kulihat pak Anwar tersenyum. Bibirnya bergetar seperti ingin menyampaikan sesuatu. Sesaat kemudian senyum itu semakin mengembang dan mata satunya terpejam. Tiba-tiba suasana menjadi hening. Hingga isak tangisku yang terdengar keras. Tuhan telah menyayangiku guru idolaku itu daripada kami.
            “Pak Anwar, inilah persembahan terakhir yang bisa kami berikan padamu.” ucapku lirih sambil kupeluk tubuh yang mulai dingin itu.

- SELESAI -
Much Ibnu Miftach Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

1 komentar:

  1. BTV168 - MGM's casino - KLHUB
    MGM's casino We will bring you 포천 출장샵 the 광양 출장안마 best and 스포츠 토토 사이트 newest casino games, slots and live entertainment. Visit our casino to enjoy slots and live 충청남도 출장마사지 table 진주 출장샵 games

    BalasHapus